Biarawan Katolik Nyaris Dibunuh Oleh Penyerobot HGU Nangahale
FK, “Saya masih dicari untuk dibunuh. Puluhan orang, perempuan dan Laki-laki membawa parang, panah, kayu mengepung rumah seminari di Patiahu. Semua kamar, Kapela bahkan sampai dapur diperiksa untuk mencari saya. Saya harus dibunuh”, Ungkap Pater Yosef Kusi, SVD.
Konflik HGU Nangahale semakin memanas pasca pembersihan lahan tanggal 22 Januari 2025 oleh pemegang hak guna usaha PT Krisrama dibawah naungan Keuskupan Maumere.
Buka-bukaan diinternal gereja pun mencuat ke permukaan publik seantero jagat.
Mantan Ekonom Seminari tinggi Ledalero angkat bicara, biarawan dari kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD) yang tahu betul tentang dokumen HGU sejak 1926 akhirnya buka bukaan.
“Kebetulan saya mantan ekonom Seminari Tinggi Ledalero selama 8 tahun. Saya sendiri membaca dengan teliti dokumen2 mengenai sejarah Tanah HGU Nangahale sejak 1926 sampai tahun 2020. Saya juga membaca dengan teliti sampai dokumen2 terakhir dari Pemda Sikka, Pemda NTT, Badan Pertanahan Nasional, Surat Keputusan dari Kementerian Hukum & HAM RI”, Ungkap Pater Yosef Kusi, SVD.
Selain membaca dengan teliti. Pater Yosef memiliki sejumlah hasil Copyan dari semua dokumen dokumen itu dari dokumendokumen itu ternyata seminari Tinggi Ledalero juga bagian yang tak terpisahkan dari PT Krisrama.
“Saya punya copyan semua dokumen penting ini dari Keuskupan Maumere. Dengan adanya sertifikat yang dikeluarkan oleh BPN maka PT. Krisrama (di dalamnya ada Keuskupan Maumere dan Seminari Tinggi Ledalero) diberi hak resmi oleh negara untuk mengelola tanah itu dengan konsekuensi membayar pajak setiap tahun (pajaknya bukan sedikit)” .
Berdasarkan tulisan Pater Yosef yang berseliweran dibeberapa grup Whatsap menjelaskan poin poin kesepakatan antara Masyarakat adat dan pihak PT Krisrama disaksikan pemda Sikka, Utusan DPR ,TNI dan Polri. Namun setelah disepakati pihak yang menamakan dirinya masyarakat adat tetap melawan dengan isi kesepakatan.
Masyarakat main serobot saja.
Pada tgl 22 Agustus 2014 telah dilaksanakan dialog antara Bupati Sikka, PT. Krisrama serta masyarakat adat Tana Ai di aula Setda Sikka. Tahun-tahun berikutnya saya hadir dalam pertemuan antara Pemda Sikka, Badan Pertanahan, utusan DPR, TNI, Polri, PT Krisrama, di Bapeda. Sudah ada kesepakatan bersama pertemuan tetapi setelah pulang, masyarakat tetap main serobot”.
“Bersama Pemda, Badan Pertanahan, Kapolres, Kodim, Camat Waigete dan Talibura, para Kepala Desa kami juga melakukan sosialisasi/dialog dengan masyarakat di Hitohalok (wilayah Patiahu) dan Nangahale. Mereka sudah berjanji untuk mentaati hasil keputusan bersama tapi sesudah itu mereka tetap pada sikap yang sama,” demikian kata Pater Yosef .
Tak berhenti disitu, Ia pun melakukan pertemuan bersama KOMNAS HAM dari Jakarta bertempat di Keuskupan Maumere dari pertemuan itu Komnas HAM tidak menemukan pelanggaran HAM oleh PT Krisrama karena pihak Komnas HAM sendiri telah melihat lokasi yg diserobot.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.